April - Mei
Bimbang, bingung, resah, dan gelisah
saat ini yang hanya bisa aku rasakan. Keputusasaan yang sering kualami saat
mengalami kesulitan dalam belajar. Aku kurang percaya diri dengan persiapanku
ini, rasanya memang ada yang kurang. Namun aku selalu mencoba mencari
kekurangan ini. Tapi malah munculah ketakutan pada diriku, ketakutan akan
kegagalan, ketakutan akan salah dalam mengerjakan nantinya, ketakutan dalam
segala hal. Entahah aku harus bagaimana lagi.
Aku mencoba merenungkan diri disuatu pagi,
mencoba mencari kelemahanku dalam situasi ini.
Mungkin memang aku kurang bersemangat
belajar, atau aku kurang berdoa dan mungkin aku kurang bersungguh-sungguh dalam
belajar. Yaaaah, dengan perlahan aku akan mengerti apa ini.
Banyak yang bilang kalo aku ini anak
yang punya kepercayadirian tinggi, termasuk para guru.
Mereka yang telah membimbingku selama
ini, dan semua guru itu tidak ada yang tidak mengenalku. Aku memang sempat
tenar di SMP karena kepercayadirianku dan segala prestasi yang telah aku capai
selama bersekolah disana.
Bahkan aku sampai sekarang tetap dikenal
sebagai siswa yang mempunyai volume suara paling keras. Yaaaa, itulah aku.
Memang banyak keunikan yang aku punya. Tapi tetap saja aku kurang pede dengan
yang akan aku hadapi detik-detik ini.
“Mei, kamu pasti bisa!” sepucuk
semangat yang seorang berikan kepadaku.
Seorang yang aku anggap berharga dalam hidupku. Seseorang yang mendampingiku
belajar selama tiga tahun lamanya. Dia sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri.
Semua itu karena kasih sayang yang selalu ia berikan kepadaku berbeda dengan
yang lain. Dia juga sering mendampingiku saat aku lomba mewakili sekolah.
Dengan ucapan yang beliau berikan
tersebut, kepercayaan diriku seakan bertambah. Kini aku yakin aku pasti bisa.
“Kejujuran lah yang terpenting dari pada keberhasilan” kata ini yang aku
jadikan pedoman saat melakukan apa saja termasuk menghadapi ujian mendatang.
Persiapan dan perjuangan yang aku
lakukan sebelum ujian tiba sangat lah banyak, termasuk melawan penyakit yang
aku derita selama itu.
Jauh hari sebelum mendekati ujian,
rambutku sudah banyak yang patah sampai saat didalam kelas aku harus memakai
topi karena malu dengan kepalaku yang setengah hampir botak.
Tapi semua itu tak akan menjadi patah
semangatku dalam belajar. Aku percaya” Tuhan selalu memberikan yang terbaik
untuk semua umatnya.”
Walaupun aku anak yang sakit-sakitan
tapi aku tetap bisa jadi yang nomer satu disekolah, itu pertanda bahwa Tuhan
Maha Adil, Tuhan Maha Penyayang.
Aku berjuang mati-matian untuk mencapai
keberhasilanku. Aku kursus bahasa inggris, fisika, matematika ditempat yang
berbeda-beda. Kadang aku belajar kelompok bersama teman-teman, dan aku lah yang
biasanya membimbing mereka. Aku hanya ingin mewujudkan separuh dari
cita-citaku.
Ujian nasional sudah semakin
dekat, persiapanku juga akan aku maksimalkan lebih lagi. Aku tak ingin sampai
nilai ujianku mendapat nilai yang jelek. Jika sampai nilai ujianku jelek maka
aku tidak bisa masuk kesekolah yang aku inginkan dan aku juga akan membuat
kedua orangtuaku kecewa.
Aku ingin membuat kedua
orangtuaku bangga dengan hasil yang akan aku dapatkan. Aku sayang mereka
melibihi apapun. Aku akan membuat mereka bangga, aku sudah berjanji kepada
diriku sendiri. Dukungan serta doa yang selalu mereka panjatkan untukku, aku akan
selalu bertrimakasih kepada mereka. Tanpa lelah mereka berkerja keras demi
anak-anaknya untuk keberhasilan anak-anaknya. Dengan doa orangtuaku panjatkan
tak lupa aku juga akan senantiasa berdoa untuk mereka dan untuk keberhasilanku.
Dukungan tak hanya dating
dari orangtua dan guru-guruku, tapi dukungan itu juga datang dari orang yang
sangat istimewa. Dia selalu mendukung setiap aktivitas yang aku lakukan, tapi
disisi lain dia juga sedang sibuk mengurus dirinya sendiri dalam dunia yang
sedang ia tekuni yaitu dalam dunia olahraga sepak bola. Dia sosok atlit yang
istimewa yang pernah ada dalam hidupku. Dia adalah sosok yang penuh dengan
kejutan-kejutan indah. Dia selalu ada setiap aku membutuhkannya. Dia selalu
dating secara tiba-tiba, yaaah begitu lah dia.
Demi kebaikanku aku akan fokus ke ujian
nasionalku dan sejenak tidak memikirkan dia dulu, dia pun juga mengerti akan
hal itu. Aku sangat bertrimakasih akan hal ini.
Satu minggu sebelum ujian nasional, aku
hanya fokus untuk belajar dan belajar, berdoa dan berdoa. Jadwalku padat hanya
untuk dua hal itu. Waktuku untuk dirumah juga sangat terbatas, waktu satu
minggu yang tersisa ini aku gunakan untuk memantapkan segala materi ujian
nasional bersama teman-teman dan guru pembimbing. Soal-soal yang aku kerjakan
sudah jarang mengalami kesulitan lagi apalagi dalam bidang matematika dan
bahasa inggris yang sangat aku gemari, yang masih aku ragukan yaitu materi
biologi. Yaaahh, semoga saja aku bisa
menyelesaikan soal biologi di ujian nasional nanti. Apalagi ujian nasional
tahun ini adalah pertama diadakannya ujian nasional dengan dua puluh paket,
dimana dalam satu kelas setiap siswa mempunyai soal yang berbeda-beda, dan
dengan nomer absenku yang tiga puluh ini aku mendapatkan paket soal nomer sepuluh.
Yaaahh, kunci di ujian nasional tahun ini bagiku adalah kejujuran.
Dua hari sebelum ujian nasional
berlangsung aku hanya bersantai dirumah, dan aku sengaja tidak belajar sama
sekali karena aku tidak ingin stres. Aku ingin bersantai selagi aku bisa. Aku sudah
yakin dengan bekal yang telah aku kumpulkan selama tiga tahun ini dan semoga
aku akan berhasil (amin).
Jadwal ujian nasional hari pertama
adalah bahasa indonesia, hari kedua matematika, hari ketiga bahasa inggris, dan
hari terakhir adalah mata pelajaran ipa yaitu fisika dan biologi.
Jujur aku kurang senang dengan mata
pelajaran ipa, tapi aku juga tidak mengerti kenapa aku dulu selalu ditunjuk
mewakili olimpiade fisika dan mipa. Aku lebih suka ke matematika tapi aku tidak
pernah ditunjuk untuk mewakili olimpiade matematika, pernahnya cuma satu kali
saja. Aku juga sering mewakili kelombaan dan olimpiade bahasa inggris. Semoga dengan
penggalamanku selama ini aku sudah biasa menghadapi keempat mata pelajaran
ujian nasional tersebut (amin).
Besok adalah hari ujian nasionalnya.
Hari ini aku hanya fokus ke bahasa indonesia dan berdoa. Tapi kali ini aku
hanya belajar biasa, aku akan pasrahkan semua kepada Tuhan.
Hari pertama ujian nasional rasanya
deg-deg an tapi cuma sementara karena aku sudah ahli dalam menghadapi rasa
deg-deg an. Alhamdulillah aku lancar dalam menghadapi ujian hari ini, semoga
Tuhan berikan yang terbaik.
Hari kedua ujian nasional sudah tidak
muncul rasa deg-deg an itu, dan insyallah saya mempunyai rasa kepercayaan diri
yang tinggi dalam ujian nasional ini.
Hari ketiga sudah sangat biasa, seperti
ujian biasa. Kunci utamanya yaitu kejujuran.
Hari terakhir adalah hari yang paling
melegakan buatku, karena selam empat hari ini ujianku berjalan dengan lancar
tanpa halangan suatu apapun. Alhamdulillah, trimakasih Tuhan.
Sekarang hanya tinggal menunggu hasil
itu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan akan melanjutkan ke sekolah
yang aku inginkan.
Hmmmmm, nampaknya tak sampai disini saja
perjuanganku.
Hari sebelum pengumuman hasil ujian
nasional aku harus berjuang melawan sakitku dirumah sakit tempat aku
dilahirkan. Disana aku bertekat sekali untuk sembuh karena aku sudah diberi
tanggung jawab kepada guruku untuk mengisi acara dalam pelepasan. Aku harus
berpidato, bermain drama, bermain band, dan jadi tim paduan suara. Yaaahh,
tugasku kali ini sangat berat, apalagi dengan kondisiku yang sekarang seperti
ini. Berhari-hari meninggalkan teman-teman latian sendirian, sampai-sampai
mereka bersama guruku menjengukku dirumah sakit.
Empat hari aku telah dirawat disini, dan
saatnya aku untuk pulang mempersiapkan semua tanggung jawabku.
Dipagi hari setelah aku pulang dari
rumah sakit, setelah aku bangun dri tempat tidur aku sudah dikejutkan oleh
seseorang yang sangat istimewa dihidupku. Dia menunggu aku bangun tidur dan
membawakan sebuah kado yang sangat besar, aku tak tahu kado untuk apa yang ia
bawa itu. Ternyata hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku sangat terharu atas
apa yang telah dia lakukan pagi itu. Aku tak kan melupakan pagi itu, pagi di
akhir bulan Mei yang sangat indah.
by: Meidina Amelia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar