Kamis, 11 Agustus 2016



KEDIRI


Kediri merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yang saat ini identik dengan nama “Kediri Lagi”. Mendengar nama Kediri pasti tidak akan lepas dari ‘Macan Putih’nya yaitu persik Kediri. Icon kabupaten Kediri adalah Simpang Lima Gumul. Kediri yang awalnya bernama Kadiri ini memiliki banyak sejarah yang pernah mengukir kesejarahan di Indonesia, yaitu kerajaan Kadiri. Kediri memiliki banyak keanekaragaman dalam budaya, kuliner dan ciri khasnya.




Budaya Kabupaten Kediri

Seni Jaranan atau kuda lumping
Kesenian jaranan atau dengan nama lain Kuda Lumping dan Kuda Kepang merupakan kesenian khas Kediri, kesenian ini berakar kuat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kediri, seni jaranan merupakan bentuk kesenian yang menggambarkan tentang kegagahan pasukan berkuda masa kerajaan yang bertugas membasmi keangkamurkaan.




Seni jaranan ini menggunakan peralatan tari berupa, kuda kepang (kuda yang terbuat dari anyaman bambu), bentuk celeng (babi hutan), dan topeng Caplokan.
Dalam frame penampilannya, penari jaranan akan tampil pertama kali dan menari menggunakan kuda kepang dengan diiringi instrument gamelan.

Gerak tari yang ditampilkan merupakan gerak dinamis yang sesuai dengan irama gamelan pengiringnya. Penampilan selanjutnya muncul sosok penari Caplokan dari penari babi hutan sehingga terjadi pertarungan diantara ketiganya.
Pada puncak tariannya, para pemain jaranan akan mengalami trance sehinggan melakukan atraksi menakjubkan dan tidak bias dilakukan oleh manusia biasa, atraksi-atraksi tersebut antara lain : memakan pecahan kaca, berjalan diatas api, dst.

Penari-penari biasanya akan didampingi oleh seorang Gambuh yaitu pawing seni ajaran yang bertugas mengobati penari agar sembuh dari trance-nya dan dapat normal kembali. Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa jenis jaranan antara lain

  • Jaran Senterewe

Jaranan senterewedalam penampilannya seninya lebih mengutamakan kreatifitas gerak, kekayaan serta kepadatan gerak. Iringan gamelan yang ditampilkannya juga lebih riang dan dinamis, jaranan senterewe ini merupakan jaranan yang banyak digemari oleh masyarakat karena pada masa penampilannya biasanya akan diikuti dengan penampilan hiburan modern berupa lagu-lagu yang bernada diatogis yang dibingkai dalam musik-musik campursari, dangdut, dll.

  • Jaranan Pegon

Jaranan pegon sedikit memiliki persamaan dengan jaranan senterewe yaitu memiliki kreatifitas gerak serta iringan yang dinamis. Yang menjadi pembeda dari jaranan pegon dalah pemakaian asesoris dan busananya yang lebih meriah dan cenderung seperti busana yang digunakan dalam pentas seni wayang orang. 

  • Jaranan Dor

Jaranan Dor merupakan jenis jaranan yang ditarikan dengan unsur humor, pada penampilannya tidak jarang pemain jarana dor akan melakukan aksi-aksi lucu yang akan mengundang tawa penontonnya. Gerak tari dan musik pengiringnya tidak jauh berbeda dengan jenis jaranan lainnya. Yang menjadi pembeda seni jaranan dor dengan jaranan jenis lainnya adalah alat musik Gong dalam instrument gamelannya diganti dengan alat musik Bedug.

  • Jaranan Jowo

Jaranan Jowo pada dasarnya merupakan jenis/memiliki klasifikasi SEBAGAI jaranan klasik, gerak tari Jaranan Jowo terlihat lebih mantap dan berbot sehingga terlihat kurang dinamis. Dalam penampilannya kesan pertama yang muncul terhadap Jaranan Jowo adalah adanya unsur magis, ini akan lebih kental terlihat dalam gerak tari serta kesederhanaan busana serta peralatan yang digunakannya. Pada puncaknya penari Jaranan Jowo ini akan mengalami trance dan beratraksi yang menakjubkan

2.     KETHEK OGLENG

Selain jaranan, Kediri juga punya kesenian khas yang lain. Bahkan, tari yang dicuplik dari kisah asmara Panji Asmarabangun dan Dewi Kilisuci tersebut juga sudah mendunia. Tapi sekarang tari ini terancam punah. Bagi komunitas seniman Kediri, nama Guntur sudah tidak asing lagi. Dedikasinya terhadap dunia seni bahkan sudah membawanya hingga ke berbagai negara di dunia. Memperkenalkan tari nasional ke seluruh dunia. Salah satunya adalah mempertontonkan tari Kethek Ogleng. Menurut Guntur, tari Kethek Ogleng sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Tari ini mengalami masa puncak pada era 70-an. Seiring berjalannya waktu, tari Kthek Ogleng perlahan-lahan mulai jarang ditampilkan. Pada era 90-an kegemaran masyarakat dan seniman mulai bergeser. Mereka lebih suka memainkan jaranan yang gerakan dan musiknya lebih sederhana. Tak heran bila saat ini warga Kediri lebih mengenal jaranan sebagai seni khas Kediri dibandingkan Kethek Ogleng. Apa yang membuat Kethek Ogleng menjadi kesenian khas Kediri? Guntur mengatakan sebenarnya tari tersebut berasal dari legenda Kota Kediri. Yaitu kisah percintaan Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji dalam Cerita Panji.

Kera atau kethek yang ditampilkan pada cerita tersebut adalah jelmaan dari Panji Asmorobangun. Dia berubah wujud menjadi seekor kera putih yang sedang mencari calon pendamping hidup.

Saat berkelana di hutan kera putih berjumpa dengan Endang Roro Setompe yang merupakan nama lain dari Dewi Sekartaji. Melihat sosok Dewi Sekartaji yang cantik jelita, Panji pun tergoda. Namun sayangnya Sekartaji tidak mau memiliki suami seeekor kera. “Akhirnya Sekartaji meninggalkan kera sendirian di tengah hutan,” cerita Guntur.

Cerita itulah yang kemudian ditampilkan dalam bentuk satu tarian dengan nama Kethek Ogleng. Sebenarnya untuk bisa menampilkan kesenian itu hanya dibutuhkan dua orang penari dengan iringan musik gamelan. Penari pertama berperan sebagai kera putih dan penari kedua berperan sebagai Dewi Kilisuci.

3.     SENI TIBAN

Seni Tiban menampilkan aksi penari yang saling mencambuki tubuh mereka sampai berdarah sebagai bentuk pengorbanan dan ritual untuk meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa. Diyakini oleh masyarakat setempat darah yang keluar dari tubuh penari akan jatuh menimpa bumi dan mampu mendatangkan hujan.

Tiban muncul ketika kerajaan Kediri mengalami bencana kekeringan. Saat itu Raja Kertajaya meminta rakyatnya mau melakukan pengorbanan agar segera dibebaskan dari bencana. Upacara pengorbanan ini dilakukan di bawah terik matahari dengan jalan menyiksa diri dengan menggunakan pecut yang terbuat dari Sodo Aren. Cucuran darah yang keluar dari tubuh rakyat sebagai wujud persembahan inilah yang kemudian dianggap mampu mendatangkan hujan di bumi.Hingga saat ini upacara minta hujan masih berlangsung karena diyakini mampu menghindarkan rakyat Kediri dari bencana kekeringan.

4.     DEBUS

Ketrampilan pemain dalam menunjukkan seni akrobatik maupun unsur kekebalan tubuhnya merupakan daya tarik kesenian ini. Dalam debus atraksi yang ditampilkan adalah pemain yang berguling-guling di atas pecahan kaca di gantung di tiang dengan hanya menggunakan seutas tali serta diseret dengan menggunakan kendaraaan berkecepatan tinggi. Bahkan beberapa diantara pemain adapula yang memakan pecahan kaca maupun bermain-main dengan kobaran api.

Makanan khas Kediri atau Kuliner

Kota Kediri memeiliki beberapa masakan khas, yaitu:


Jajan pasar

Kota Kediri memeiliki beberapa jajanan pasar khas, yaitu:


Minuman

Kota Kediri memeiliki beberapa minuman khas, yaitu:




Tahu Takwa







Tahu yang pertama kali dikenalkan oleh pengusaha asal Cina bernama Bah Kacung  ini merupakan oleh-oleh khas Kediri sejak tahun 1912. Nama ‘takwa’ sendiri berasal dari bahasa Mandarin yang berarti ‘aroma’. Memang sangat sesuai dengan namanya, anda bisa membedakan mana tahu takwa yang asli dan mana tahu biasa dari aromanya. Aromanya gurih dan sangat menggoda bahkan sebelum dirasakan di lidah.

Tahu ini memiliki tekstur yang kenyal dan lembut saat dimakan. Berbentuk kotak seperti tahu kebanyakan, rasanya gurih dan tidak ada rasa masam sama sekali. Ini dia yang membuat tahu takwa berbeda dengan tahu lainnya. saat digoreng, kulit luarnya crispy, tapi bagian dalamnya tetap lembut.

Warna kuning cerahnya menggunakan pewarna makanan alami yaitu kunyit. Jadi sangat aman untuk dikonsumsi. Pembuatannya juga sedikit berbeda dengan tahu lainnya. tahu takwa ini setelah sudah menjadi tahu putih, baru direbus dengan kunyit dan garam. Jadi walaupun belum digoreng, tahu takwa bisa langsung dikonsumsi karena saat perebusannya membuat tahu ini matang.

Gethuk Pisang, Asli Kota Kediri

Gethuk pisang atao dalam bahasa jawa lebih dikenal dengan gethuk gedang adalah salah satu makanan khas dari kota Kediri Jawa Timur. Olahan dari pisang ini rasanya manis legit dan dibungkus dengan daun pisang mirip lontong.  Sesuai dengan namanya, Gethuk Pisang bahan pokoknya dari buah pisang. Dibentuk bulat lonjong dengan panjang antara 15  sampai 20 cm dan diameter antara 5 sampai 8 cm. Warnanya merah kecoklatan, kenyal tidak terlalu lembek dan juga tidak begitu keras. Cara membuatnyapun terbilang cukup sederhana. Biasanya dipilih pisang raja nangka yang masih setengah matang. Keistimewaan pisang raja nangka adalah aromanya yang khas, yakni perpaduan antara rasa asam dan manis alami.




Ciri Khas Kediri







Monumen Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri


Monument Kediri yang bentuknya menyerupai L’arch D’ Triomphe yang ada di Perancis tersebut berdiri megah di tengah – tengah persimpangan Lima Gumul – Kediri yang menjadi tiang pancang pengembangan kawasan Simpang Lima Gumul menjadi kawasan kota baru di Kabupaten Kediri. Bedanya, Monumen ini memiliki spirit berdirinya Kabupaten Kediri sehingga monument ini di posisikan tepat di tengah jalur lima jalan arah Pare, Kediri, Plosoklaten, Pesantren dan Menang.

Monument yang memiliki luas bangunan 804 meter persegi, di tumpu 3 tangga  3 meter dari dasar pura, dan tinggi 25 meter sehingga jika kita berada di atap monument dapat kita saksikan keseluruhan panorama Kediri dari atas dan proyeksi pengembangan kawan perdagangan ini yang secara keseluruhan seluas 37 Ha. Disisi monument Kediri terpahat relief –relief tentang sejarah Kediri hingga kesenian dan kebudayaan yang ada sekarang. Angka luas dan tinggi monument juga mencerminkan tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Kediri, 25 maret 804 Masehi.

Monumen Kediri yang terletak di Simpang Lima Gumulini merupakan Ikon Kabupaten Kediri. Lokasi yang hanya berjarak  ± 6 km (± 10 menit) dari kota Kediri atau ± 120 km (± 2,5 jam) dari Bandara Juanda Surabaya. Kawasan ini diproyeksikan menjadi kota baru dan pusat perdagangan Jawa Timur bagian barat (Central Business District ) sudah mulai melengkapi diri dengan convention hall dan gedung serbaguna, Bank daerah, terminal bus antar kota dan MPU, dan sarana rekreasi megah Water Park Gumul Paradise Island.

Kawasan ini juga tak pernah sepi pengunjung di malam hari dengan bersantai di area monument ataupun menikmati kuliner tradisional yang berjualan di pedagang kaki lima yang berjejer di area Pasar Tugu. Pada hari sabtu dan mnggu pagi kawasan ini ramai oleh pengunjung yang berolaraga jogging track, rekreasi bersama keluarga, dan juga menikmati ramainya pasar sabtu Minggu (Tugu). Perancangan ke depan, kawasan ini akan dilengkapi hotel, mall, pertokoan, pusat grosir, dan pusat produk – produk unggulan dan cinderamata. Sedangkan area monument segera digunakan sebagai mini market, gedung pertemuan cafeteria, dan pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan.

Sebagai obyek wisata Kabupaten Kediri yang saat ini masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Daya tarik yang diberikan antara lain:

1.     Desain dan arsitektur dirancang hampir menyerupai Arch D’Triomphe Perancis, namun lebih ditonjolkan ke seni budaya Kabupaten Kediri

2.     Diorama tentang sejarah Kediri di dalam gedung

3.     Tinggi monumen 28 m, 8 lantai

4.     Tiga jalan terowongan bawah tanah untuk menuju ke monumen

5.     Posisi tepat di tengah simpang lima dan di pusat perdagangan Kabupaten Kediri

6.     Wisatawan dapat mencapai anjungan untuk melihat keindahan Kediri dari atas monumen

7.     Pelayanan Pusat Informasi Pariwisata dan Potensi Kabupaten Kediri



#Lagu Kediri Lagi

Kediri Lagi

Didalam kesejarahan

Kediri pegang peranan

Kediri selalu ada

Dihati siapa saja

Oooo Kediri Lagi

Oooo Kediri Lagi

Kediri Lagi

Kediri Lagi

O o Kediri Lagi….










Tidak ada komentar:

Posting Komentar